Para arkeolog sudah menemukan kota terlupakan yang tersembunyi di oasis gurun Arab Saudi yang dibangun sang rakyat maju 4.000 tahun kemudian.
Kota berbenteng yg disebut al-Natah ini dihuni oleh sedikitnya 500 orang yang dulunya nomaden, namun membangun sedikitnya 50 bangunan bertingkat pada tahun 2400 SM.
Peradaban antik ini membangun makam raksasa yg menyimpan sisa -residu jasad mereka serta persenjataan logam, seperti kapak dan belati, yg menurut para pakar memberikan bahwa mereka 'maju'.
Al-Natah dibagi lagi menjadi area pemukiman, zona pengambilan keputusan, dan pekuburan yg dihubungkan sang jalan-jalan kecil serta jaringan perdagangan yg panjang.
Fragmen tembikar juga ditemukan pada antara tempat tinggal , yg mengisyaratkan warga egaliter yang memprioritaskan kelangsungan hidup kota.
Jenis masyarakat ini artinya komunitas yang tidak mempunyai hierarki sosial serta setiap orang disebut setara tanpa memandang jenis kelamin, ras, kelas, atau kekayaan.
Pemukiman seluas 269.000 kaki persegi itu tersembunyi pada oasis gurun bertembok Khaybar di semenanjung Arab. Saat kota itu dibangun, wilayah lain yg membentang asal sepanjang bahari Mediterania asal Suriah modern sampai Yordania berkembang pesat, namun oasis itu sebelumnya diklaim menjadi gurun tandus yang dipenuhi makam serta pengembara.
Kota paling awal yang diketahui pada sejarah manusia disebut Çatalhöyük, pemukiman sekitar 10.000 orang yang terdapat di Turki terbaru asal 7400 SM hingga 5200 SM. Namun para peneliti menemukan bahwa tidak mirip kota-kota sebelumnya, orang-orang al-Natah kuno sudah menciptakan proses 'urbanisme lambat' di mana komunitas kecil yang terorganisasi secara sedikit demi sedikit mengikuti keadaan menggunakan kehidupan di gurun.
Pengembara pastoral menjelajahi Arabia barat laut sejak awal milenium pertama SM dan pada antara mereka ialah suku Badui yg berburu, berdagang, serta menyerbu desa-desa buat menerima barang.
Mereka mengandalkan kawanan kambing, domba, serta unta buat kuliner, keju, susu, serta kebutuhan lainnya dan menghasilkan gerombolan keluarga yg dianggap klan yg melindungi anggotanya berasal suku nomaden lainnya.
Arkeolog di sentra Penelitian Ilmiah Nasional Prancis pada Paris melaporkan bahwa para pengembara setempat sudah memutuskan buat menetap di komunitas baru pada awal Zaman Perunggu buat melindungi diri asal agresi.
Tim tadi mengatakan bahwa al-Natah telah lama diabaikan sebab batuan vulkanik hitam - batuan dasar basal yang menutupi area tersebut.
Basalt telah menyembunyikannya sedemikian rupa sehingga 'melindungi situs tersebut asal ekskavasi ilegal,' kata arkeolog Prancis serta penulis primer penelitian tadi, Guillaume Charloux kepada AFP.
Al-Natah pertama kali ditemukan 15 tahun lalu ketika para peneliti mengamati situs tadi menggunakan satelit asal atas yang mengungkap jalan setapak dan fondasi tempat tinggal .
Mereka menghasilkan gambar 3D wacana mirip apa kota itu 4.000 tahun yg lalu serta berkata bahwa meskipun mereka hanya mengidentifikasi 50 rumah, poly yg mungkin sudah dibongkar selama ribuan tahun.
menurut penelitian tersebut, ketebalan serta konfigurasi struktur menunjukkan bahwa sebagian akbar tingginya dua atau tiga lantai dan semuanya mempunyai fondasi yang kemungkinan dipergunakan untuk penyimpanan atau ruang bawah tanah.
"Jenis konstruksi ini mengingatkan di rumah menara Arab tradisional, khususnya yg dibangun jauh setelahnya di wilayah Najd," istilah penelitian tadi, yg diterbitkan pada jurnal PLOS.
Sebuah dinding pemisah memisahkan rumah berasal pekuburan yang dipenuhi menggunakan 'makam menara berundak' - makam melingkar tinggi yg mempunyai dinding luar serta ruang pemakaman bagian pada yang dilapisi pilar batu.
Makam-makam ini membagikan bahwa penduduk melakukan praktik pemakaman yg rumit, ad interim persenjataan yg ditemukan pada situs pemakaman menunjukkan bahwa orang-orang memiliki pengetahuan yang jelas wacana pengerjaan logam.
inovasi senjata yg dipadukan dengan tembok berbenteng yang membentang sejauh 8,9 mil di sekeliling kota membagikan bahwa penduduk membangun cara buat mempertahankan diri dari potensi agresi, yg selanjutnya memperkuat gaya hayati urban awal mereka.
wilayah yg berpenduduk padat serta tembok tersebut menunjukkan bahwa penduduk meletakkan fondasi buat 'rute dupa' yg melibatkan perdagangan rempah-rempah, kemenyan, serta mur asal Arabia selatan ke Mediterania.
Beberapa sumur serta sumber air diidentifikasi di lokasi tadi, termasuk satu yg terletak di dasar tebing di dekatnya yang akan menyediakan pasokan air yang baik bagi penduduk.
Temuan ini adalah 'bukti bahwa benteng ini diatur pada lebih kurang tempat asal,' istilah Charloux kepada AFP.
Kota tersebut ditinggalkan antara tahun 1500 SM dan 1300 SM sebab alasan yang tidak diketahui, tetapi para peneliti berspekulasi bahwa mereka mungkin telah meninggalkan daerah tersebut buat pulang ke kehidupan nomaden, karena penyakit atau kerusakan iklim.
Posting Komentar